Doa memiliki fungsi 'menjembatani praktik budaya' dalam entitas kelompok masyarakat yang beragam. Termasuk doa bersama lintas umat beragama.
TWEET CO.ID - Jangan remehkan kekuatan doa, terlebih jika dilakukan bersama. Itulah yang menjadi hasil dari sebuah studi terbaru yang dilakukan sosiolog di University of Connecticut, Amerika Serikat.
Dari hasil studi yang dilakukan Ruth Braunstein, profesor sosiologi Universitas Connecticut, bersama dua pakar sosiologi lain, Richard L.Wood (University of New Mexico) dan Brad R Fulton (Duke University), disimpulkan doa memiliki fungsi 'menjembatani praktik budaya' dalam entitas kelompok masyarakat yang beragam. Termasuk doa bersama lintas umat beragama.
"Praktek-praktek doa memainkan peran penting dalam mengikat peserta bersama-sama di seluruh perbedaan ras dan sosial ekonomi yang signifikan," kata Braunstein.
Saat melakukan studi, ketiganya mengamati praktik doa bersama pada kelompok masyarakat dan organisasi yang beragam secara ras maupun status sosial ekonomi. "Itu mendorong individu untuk berinteraksi satu sama lain," imbuh dia.
Mereka juga menganalisis praktik doa bersama dari data yang dikumpulkan Studi Nasional Koalisi Masyarakat Berbasis Keimanan. Hasilnya, praktik keagamaan justru jauh sebagai sumber perpecahan. "Justru itu memainkan peran pemersatu, yang mencakup lintas tradisi keimanan seperti Kristen, Yahudi dan Islam," jelas Braunstein.
Kata Braunstein, selama pengamatan dua tahun, ditemukan doa kelompok lintas agama menghiasi sekitar 75 persen dari pertemuan keragaman antar entitas masyarakat dan organisasi. Doa diyakini menjadi aktivitas yang membangun identitas bersama di atas perbedaan.
Meski begitu, tak dipungkiri praktik doa bersama masih tak disukai oleh kelompok keagamaan konservatif. Tapi ada cara lain untuk bisa menyatukan kekuatan bersama tanpa melalui kekuatan berbasis praktik agama. Misalnya ritual berbagi makanan, bermain olahraga atau membaca literatur bersama.
(Ism, Sumber: Today.uconn.edu)
Tidak ada komentar: