Walid Abdulwahab nekat membangun pabrik susu unta meski binatang ini disebut sebagai penular Sindrom Pernapasan Timur Tengah alias MERS.
TWEET CO.ID - Pemuda muslim asal Arab Saudi, Walid Abdulwahab, membangun pabrik susu unta di Amerika Serikat. Dia nekat membangun pabrik ini meski unta disebut-sebut sebagai penular utama Sindrom Pernapasan Timur Tengah alias MERS.
Menurut laman Arab News, Rabu 2 Juli 2014, pabrik ini dibangun sebagai proyek kelas pemuda berusia 23 tahun, yang tengah menuntut ilmu di University of Southern California, itu. Pabrik ini diberi nama Desert Farm.
Sebagian besar susu unta yang diolah di pabrik ini dipasok dari tujuh peternakan unta, yang sebagian besar dimiliki oleh Amish, perusahaan yang berbasis di Santa Monica, yang baru-baru ini berhasil meraih penjualan US$ 100 ribu, karena mengklaim susu yang dijual itu bermanfaat untuk kesehatan dan bergizi.
"Apa yang kita tahu tentang susu unta adalah bahwa, dari segi kesehatan, itu melebihi setiap minuman susu lainnya," tutur Abdulwahab. Rasa susu unta tak jauh beda dengan susu sapi. Namun susu unta 50 persen lebih rendah kandungan lemaknya, dan kalorinya juga lebih rendah.
Desert Farm menjual susu unta mentah maupun dipasteurisasi. Namun, harga susu yang dijual Desert Farm ini tidak murah. Untuk penjualan online kemasan 500 mililiter, dijual dengan harga sekitar Rp 225 ribu. Harga itu jauh lebih mahal dari susu sapi. Sebab, perbandingan populasi unta dengan sapi di AS, satu berbaanding 180 ribu.
Inspirasi untuk memulai bisnis ini datang saat Abdulwahab pulang kampung ke Arab Saudi. Setelah menginvestasikan sejumlah dana pada Januari silam, kini dia sudah memasok susu unta ke toko-toko di California Utara. Dia juga menjualnya secara online.
Sekitar 80 persen susu produk Desert Farm dijual kepada keluarga yang memiliki anak autis, karena susu unta dinilai mampu meningkatkan keterampilan motorik anak-anak penyandang autis. Menurut Abdulwahab, susu unta telah digunakan selama berabad-abad di Timur Tengah oleh kelompok nomaden dan Badui, dan mereka telah membuktikannnya.
"Itu mengapa orang-orang menyakini itu, ini produk bersejarah," tutur Abdulwahab. Meski demikian, sejumlah ilmuan mengatakan khasiat ini belum teruji secara ilmuah.
Tidak ada komentar: