Masjid Agung Sunan Ampel tak pernah sepi pengunjung. Terutama saat malam Jumat. Saat bulan Ramadan, pengunjung Masjid Sunan Ampel semakin membludak.
TWEET CO.ID - Masjid Agung Sunan Ampel tak pernah sepi pengunjung. Terutama saat malam Jumat. Para peziarah itu ingin melewatkan Ramadan dengan beritikaf dan berziarah ke makam Sunan Ampel yang berada di belakang masjid ini.
Saat bulan Ramadan, pengunjung Masjid Sunan Ampel makin membludak. Karena Masjid ini punya tradisi “maleman”. Dalam tradisi itu, para pengunjung membaca tahlil, tadarus, shalat sunah, dan iktikaf semalam suntuk. Tradisi ini banyak diikuti oleh para pengunjung, terutama di tanggal ganjil sepuluh hari terakhir Ramadan.
Tak hanya beritikaf dan berziarah ke makam Sunan Ampel, para pengunjung tempat ini juga banyak memburu air dari sumur kuno di belakang masjid yang terletak di Surabaya ini. Para peziarah yakin khasiat air sumur itu sama dengan air zamzam di Mekah, Arab Saudi.
Oleh sebab itu, banyak peziarah memburu air yang dianggap mengandung berkah ini. Ada yang sekedar menggunakannya untuk membasuh muka, ada pula yang langsung meminumnya. Bahkan, para peziarah banyak yang membawanya pulang dengan botol-botol air mineral sebagai oleh-oleh.
Konon, sumur itu dibuat langsung oleh Sunan Ampel untuk keperluan berwudu. Saat ini, sumur itu ditutup besi. Namun para peziarah masih bisa mendapati air sumur yang diangap mengandung berkah itu di dalam gentong-gentong yang telah tersedia di belakang Masjid Ampel.
Masjid ini didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel. Selain untuk beribadah, dulu sunan yang bernama asli Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah itu juga menggunakan masjid ini untuk tempat berkumpul para ulama membahas penyebaran Islam di Jawa kala Kerajaan Majapahit masih berkuasa.
Arsitektur masjid berpintu 48 ini kental gaya Jawa kuno. Tak ada kubah, atapnya bersusun tiga. Seperti bangunan pendopo, masjid ini ditopang oleh pilar-pilar yang jumlahnya enam belas. Tiang-tiang itu berdiameter 60 sentimeter, panjangnya 17 meter, jumlah yang sama dengan rakaat salat lima waktu.
Masjid yang menjadi cagar budaya ini masih terawat. Sebuah menara yang dibuat pada abad ke-14 juga masih terlihat gagah menjulang di halaman. Setidaknya, masjid ini sudah tiga kali direnovasi, yaitu pada tahun 1926, 1954, dan 1972. Kini, luas masjid ini sekitar 1.320 meter persegi, panjangnya 120 meter dan lebar 11 meter.
Makam Sunan Ampel terletak di sebelah barat masjid ini. Kompleks makam itu dikelilingi tembok setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, melingkar dengan luas sekitar 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.
Di sekeliling masjid ini juga berdiri lima gapura. Jumlah yang sama dengan rukun Islam. Dari arah selatan, terdapat gerbang bernama Gapura Munggah yang menjadi simbol rukun Islam ke lima, naik haji.
Setelah melewati Gapura Munggah, bisa ditemui Gapura Poso. Ini sebagai simbol rukun Islam ke empat, puasa Ramadan. Kemudian ada Gapura Ngamal, sebagai simbol rukun Islam ke tiga yaitu zakat alias beramal.
Gapura berikutnya adalah Madep yang letaknya persis di sebelah barat bangunan induk masjid. Gapura ini sebagai simbol rukun Islam ke dua, yaitu salat dengan menghadap ke arah kiblat. Gapura terakhir adalah Paneksen yang merupakan simbol dari rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat. (Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar: